Life. Is. Unpredictable.

1:34 AM

Puji Tuhan.
Sekarang kalo ditanyain "Tita kuliah dimana?" atau "Lanjut mana kamu?", aku udah punya jawaban.

Halo, kenalin.
Nama aku Anastasia Tita Pratiwi. Biasa dipanggil Tita.
Anak Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

How exciting this life is, because all is UNPREDICTABLE.

Dari awal masuk SMA sampe di akhir aku lulus SMA, gak ada pikiran atau ketertarikan sama sekali di Sastra Indonesia.
Dari SMP dulu, aku sekolah dimana itu emang udah kayak misteri. Gak bisa ketebak. Mungkin bisa dibilang "gak sesuai keinginan". Pas SD, disuruh masuk SMP negri. Tapi kenyataan cuma bisa masuk SMP negeri yang paling bawah (*ya walaupun gak jelek, tapi aku gak mau). Akhirnya keterima di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui tahap terakhir yaitu Reguler 2, dan siswi terakhir pula yang masuk di SMP PL 1. Pas SMP, pengen banget masuk SMA negeri. Kali ini bukan sekedar paksaan, tapi murni keinginan dari diri sendiri. Udah begitu keras berusaha dan berdoa, ternyata gagal. Dan saat itu, masuk ke SMA Stella Duce 1 Yogyakarta udah kayak keajaiban. Pendaftaran udah tutup, dan aku harus antri sebagai cadangan. Udah cadangan, antri pula.
Nah ini. Kuliah.
Awal kelas 11 sampe 12 awal, aku udah sangat yakin dan manteb mau kuliah di Jakarta. Karena saat itu emang orang tua kerja disana. Tapi, pas kelas 12 semester, mama balik ke Jogja dan ada sesuatu yang buat mama gak bolehin aku di Jakarta. Mulai dari situlah aku bingung. aku sama sekali gak ada feel buat kuliah di Jogja. And sorry to say, aku gak mau kuliah di UGM. Pada saat itu, aku cuma mau kuliah di Universitas Sanata Dharma. Psikologi. Atau Sastra Inggris. Udah cuma itu.

Waktu berjalan.
akhirnya aku lulus.
SNMPTN gak lolos.
Daftar SBMPTN. yang sebenernya bukan keinginan sendiri. As I said, aku gak mau di UGM. Tapi, kata orang tua, dicoba aja. Kali ini mama ngizinin aku buat daftar di UI. Mama cuma mau nemenin aku di Jakarta, kalo aku kuliah di UI.
And IDK. I just have no idea about anything that time. Kayak orang bingung yang gak tau arah gitu. Karena rencana yang udah dibuat dari awal harus hancur gitu. Yang to be honest, aku gak pengen sebenernya.
Lalu aku daftar SIMAK UI. Yang sebenernya aku juga udah gak niat karna aku cuma mau di Sadhar.
Semua jalur untuk masuk PTN itu aku lalui dengan "semau gue". aku gak belajar. Karna aku mikir, aku gak mau disana. Tapi orang tua mau. Ya barang kali kalo emang jalanku, aku bisa bejo.
.....tapi ternyata emang bukan jalanku buat bersekolah atau kuliah di Negeri.

Awal bulan Juni, aku mulai coba daftar di Sadhar jalur UN dan test. Fyi, aku gak daftar universitas swasta mana pun sebelumnya. Karna seperti aku bilang, semua kayak tanpa arah.
Pertama nyoba, aku gagal. Waktu itu sempet down. Karena bener-bener optimis. Kan aku mikirnya gini, ah dari Stece, bisalah masuk Sadhar. Eh, salah.
Yang kedua, aku cuma coba jalur UN. Ya karena papaku "pinter", dan dia menyarankan itu jadi aku iyain.
Kedua nyoba, aku gagal lagi.
Man, you know that feeling?!
Down banget pokoknya, aku gak bisa jelasin dengan kata-kata.

Semua teman dekat dan orang tua support aku. Tapi saat itu, aku bener-bener like can't accept anything that happens to me. Why?!
Sampe akhirnya, salah satu sahabat terbaik aku dateng ke rumah. Aku cerita sama dia. Tanya jalan keluar. Sebenernya, ya kita berdua itu senasib. Bedanya, dia udah ada univ ditangan, walaupun dia gak mau. Jadi kita saling diskusi dan cari jalan keluar. Dan Tuhan menjawab semua. Jalan keluar ada di sahabatku, Selly.

Di otak aku udah gak ada universitas lain selain Sanata Dharma. Apapun fakultasnya, as far as still my passion, pokoknya aku harus di Sadhar.
And that's what Selly thinks too.
Dan akhirnya, kita menemukan tulisan "SASTRA INDONESIA" di brosur Sadhar which is kita nyari yang akreditasinya "A"
Dan ingatlah Selly, kalo temen Ibunya ada yang kuliah disana juga bisa sampe Australia. Semangatku langsung ada seketika!
Dan tanpa disangka, ketika aku cerita ke Mama, sebenernya selama ini dia juga punya pemikiran yang sama. Sastra Indonesia. Dia udah sadar akan "passion"ku dari dulu. Tapi, Mama gak pernah bilang ke aku. Oh My God, why Mom???! Okelah, gak usah disesali. Rasanya jalan langsung kebuka waktu itu. Aku gak pernah sadar. Kalo dari kecil, aku suka nulis pantun, puisi, diary, dan cerpen di buku.
aku langsung daftar jalur UN dengan pilihan Sastra Indonesia. Dan jalur reguler atau test dengan pilihan Sastra Inggris dan Sastra Indonesia.

Kira-kira 2 atau 3 minggu menunggu pengumuman, udah kayak orang pasrah.
Doanya udah bukan "Tuhan, aku mau keterima Sadhar" tapi "Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendakMu. Tapi, kalo boleh minta, aku mau di Sadhar. Tapi, semuanya aku pasrahkan padaMu, Tuhan"
Dan sewaktu aku liburan di Jakarta pun, Papa aku udah wanti-wanti. "Kalo gak keterima, jangan sedih ya Mbak. Banyak kok yang nunda setahun dulu. Nanti kamu lancarin Inggris kamu dulu aja, sama les-les yang lain biar keterampilanmu banyak."
To be honest, saat itu aku udah ikhlas dan pasrah kalo emang harus nunda setahun. Meskipun hati yang paling dalam bilang gak mau.
H-1 pengumuman, aku banyak dihadapkan pada pernyataan "It's okay untuk menunda setahun". Aku baca timeline twitter, muncul artikel seperti itu. Aku nonton tv, ada talk show yang membahas. Semesta kayak udah tau aja. Jadi aku udah ikhlas dan pasrah. Bahkan, aku udah menulis di otak apa yang bakal aku tulis di blog kalo misal aku nunda setahun.

But, God has another plans.
He has better plans than mine.
All is unpredictable.

Aku keterima di Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Puji Tuhan.

Semua udah ada yang atur.
Dan aku tau, itu semua baik adanya.

Pray.
Trust God.
Let It Go.
Everything Happens for A Reason.
:)

You Might Also Like

0 comments

Subscribe